KONEKSI ANTAR MATERI - MODUL 2.3
COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK
Seorang guru penggerak
tergerak, bergerak dan menggerakan. Dalam ruang lingkungan sekolah, seorang
guru penggerak memiliki peran-peran untuk melakukan perubahan ke arah yang
lebih baik. Ketika saya sebagai seorang guru penggerak berperan sebagai seorang
coach, saya dapat melakukan coaching dengan rekan sejawat untuk supervisi akademik dan coaching dengan
murid-murid. Caoching ini bersifat kemitraan sehingga kegiatan ini tidak
menggurui orang lain, tetapi menuntun orang lain untuk menenukan kekuatannya
sendiri dan untuk menghadapi tantangannya sendiri. Hasil dari kegiatan coaching
ini dapat dijadikan bahan untuk melakukan pembelajaran berdiferensiasi dan
pembelajaran sosial emosional yang berpihak pada murid.
Kegiatan coaching ini dapat
dilakukan untuk supervisi akademik dengan suasana nyaman dan santai. Ketika
saya sebagai seorang coach melakukan supervisi akademik, cara berpikir dan
prinsip coaching tetap diterapkan. Teknik yang digunakan adalah Teknik TIRTA.
Kegiatan ini diawali dengan menuntun rekan sejawat untuk menentukan tujuan
pembicaraan, diikuti dengan menggali permasalahan dan potensi, kemudian
menuntun rencana aksi yang akan dilakukan dan terakhir menuntun pada kesimpulan
dan komitmen yang dibuat oleh rekan sejawat dan coachee. Perasaaan saya ketika melakukan coaching ini
adalah saya sempat gugup karena rekan sejawat saya masih berpikir proses
coaching sama dengan penilaian rekan sejawat, sehingga ketegangan rekan sejawat
berpengaruh pada saya. Situasi ini mulai membaik setelah suasana dibuat santai
seperti diskusi biasa. Pembelajaran yang saya dapat hal ini adalah kompetensi
dan prinsip-prinsip coaching harus dilatih secara berkesinambungan sehingga
coaching dapat dilakukan untuk mencapai tujuan coaching itu sendiri. Oleh
karena itu pemebelajaran kedepannya, saya perlu berlatih terus tentang coaching
dan meningkatkan cara membuat pertanyaan berbobot untuk rekan sejawat
(coachee).
Ketika saya sebagai guru penggerak yang
berperan menjadi pemimpin pembelajaran, saya menyediakan pembelajaran yang
menuntun murid untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kekuatan kodratnya
untuk keselamatan dan kebahagiaan murid. Untuk itu seorang guru penggerak
memerlukan ketrampilan coaching agar dapat melakukan coaching terhadap muridnya
sendiri sehingga murid tersebut dapat menyadari kemampuan dirinya sendiri dan
mampu menemukan kekuatannya sendiri dalam menghadapi tantangan dengan
memanfaatkan kemampuannya sendiri. Dari informasi hasil coaching ini saya mulai
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai dengan minat murid
(berdiferensiasi produk). Coaching juga juga membantu saya untuk mengetahui
keadaan emosional murid. Oleh karena itu hasil coaching ini membantu saya untuk
mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional yang sesuai dengan keadaan murid
agar murid dapat belajar maksimal sesuai dengan potensinya. Dalam pembelajaran saya
juga menemukan murid yang melanggar kesepakatan kelas. Coaching juga bisa
digunakan untuk menuntun murid menyadari permasalahannya sendiri dan menuntun
murid untuk menemukan solusi dari permasalahannya sendiri. Perasaan saya ketika
melakukan coaching kepada murid, saya merasa bahwa seorang guru tidak perlu
marah ketika murid bermasalah dan saya merasa nyaman dalam kegiatan di kelas. Pembelajaran
yang dapat saya ambil dari kegiatan ini adalah saya sebagai guru mulai memahami
cara mempersiapkan pembelajaran dari hasil coaching, menuntun murid bermasalah
dengan coaching, dan mempertahankan hubungan baik antara murid dengan murid,
dan antara guru dengan murid. Oleh karena itu untuk kedepannya, kegiatan
coaching tetap dilakukan dan saya akan melakukan pengimbasan ke rekan -rekan
sejawat tentang coaching ke murid.